28 JANUARI 2015
TUGAS
: KELOMPOK
KELAS : B
MATA KULIAH
ASUHAN
KEBIDANAN
IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMSIA
BERAT
DOSEN
PENGAMPUH: HJ. WAODE
ALIAH, SKM.,M.KES
OLEH:
KELOMPOK II
- SITTI SARTI
- NURHIGMAH
- ANDI WECUDAI WAJUANA
- FARADILLAH RAMME
- HAMSINAR SALLATA
- MULHAYAIL DAYYANI
- QURATUL AI
- REZKYASARI MUNIS
- SITI HARIAN
- ENNY RAKHMAWATI
PROGRAM
STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK
STIKes
MEGA REZKY MAKASSAR
KOTA
MAKASSAR
T.A
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pre-eklampsia berat ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema,
dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam trimester II kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada
molahidatidosa. (Hanifa Wiknjosastri, 2007). Pre-eklampsia berat merupakan
sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme
dan aktivitas endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan
proteinuria (Cunningham et al, 2003, Matthew warden, MD, 2005). Pre-eklampsia
berat terjadi pada umur kehamilan 20 minggu lebih. Dikatakan pre-eklampsia
berat, bila disertai tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, oligouria, urin
kurang dari 40 cc/24 jam, proteinuria lebih dari 3gr/liter, adanya gangguan
selebral, gangguan virus dan rasa nyeri di epigastrium dan terdapat edema paru
dan sianosis. (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).
Begitu banyak kasus ibu hamil yang disebabkan oleh pre-eklamsi berat tidak
dapat ditangani dengan baik yang disebabkan oleh kurangnya kepedulian ibu untuk
melakukan pemeriksaan teratur pada bidan dan juga ketidakperhatiannya bidan
dalam megontrol ibu hamil dengan baik di daerahnya. Dengan disusunya makalah
in, semoga akan leih menjadarkan kita utuk lebih memperhatikan ibu hamil dengan
maslah pre-eklamsi berat sehingga dapat menurunkan drajat kecacatan ibu dan
janin bahkan menyebabkan kematian. Makalah ini bermanfaat untuk masyarakat
umum, secara khusus mahaiswa kebidanan guna untuk menambah pengetahuan. Semoga
bermanaat untuk smua, Amin.
B. Tujuan
1.
Mahasiswa dapat mengetahui defenisi pre-eklamsi berat
2.
Mahasiswa dapat memahami etiologi preeklampsia berat
3.
Mahasiswa dapat memahami tandan dan gejala
4.
Mahasiswa dapat memahami patofiologis preeklampsia
berat
5.
Mahasiswa dapat memahami Pencegahan preeklampsia berat
6.
Mahasiswa dapat memahami Faktor resiko preeklampsia
berat
7.
Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan preeklampsia
berat
8.
Mahasiswa dapat memahami komplikasi preeklampsia berat
C. Rumusan masalah
1.
Apa defenisi pre-eklamsi berat
2.
Apa etiologi preeklampsia berat
3.
Bagaimana tanda dan gejala preeklampsia berat9hghnbf
4.
Mahasiswa dapat memahami patofiologis preeklampsia
berat
5.
Mahasiswa dapat memahami Pencegahan preeklampsia berat
6.
Mahasiswa dapat memahami Faktor resiko preeklampsia
berat
7.
Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan preeklampsia
berat
8.
Mahasiswa dapat memahami komplikasi preeklampsia berat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Pre-eklamsi
berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih (Ai Yeyeh.R, 2011). Sedangkan menurut Rozihan
(2007), Pre-eklampsia berat ialah penyakit dengan
tanda-tanda khas seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), pembengkakan
jaringan (edema), dan ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang timbul
karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan,
tetapi dapat juga terjadi pada trimester kedua kehamilan. Pre-eklamasi
berat menurut Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI
Jakarta (1998), diikuti dengan timbulnya hipertensi disertai protein urin dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pre-eklamsia berat adalah
komplikasi yang terjadi pada saat kehamilan dengan ciri yang khas yaitu
disertai dengan hipertensi ≥160/110 mmHg dan atau disertai dengan adanya
protein urine positif 2 dan atau 3 dan lazim disertai dengan oedema pada
kehamilan ≤20 minggu.
B. Etiologi preeklamsia berat
Etiologi
penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori
dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena
itu disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan.
Tetapi terdapat suatu kelainan yang menyertai penyakit ini yaitu :
- Spasmus
arteriola
- Retensi Na
dan air
- Koagulasi
intravaskuler
Walaupun
vasospasme mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi
vasospasme ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai eklampsia
(Obstetri Patologi : 1984)
Teori yang
dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah iskemia
plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang
bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan
banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. (Ilmu Kebidanan :
2005).
Faktor
pertama adalah genetik, jika ibu atau mertua kita memiliki riwayat
preeklampsia, kita juga berisiko mengalaminya pada satu
kali atau lebih kehamilan, yang kedua adalah adanya kelainan pembuluh darah.
Penyempitan pembuluh darah bisa mengakibatkan suplai darah ke organ-organ vital
seperti ginjal dan hati jadi berkurang.
Preeklamsia
biasanya terjadi pada kehamilan pertama. Penyebab pasti preeklamsia
hingga saat
ini belum diketahui dengan jelas. Diduga karena kondisi plasenta yang tidak
tertanam dengan baik, kekurangan oksigen atau ada gangguan pada pembuluh darah
si ibu.
Faktor
makanan diduga juga bisa menyebabkan preeklamsia pada kehamilan. Kekurangan
kalsium pada tubuh ibu hamil yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah
yang berujung
pada preeklamsia. Kalsium dapat membantu menjaga pembuluh darah dan menjaga
tekanan darah tetap normal. Demikian pula, kekurangan protein, protein
yang berlebihan, minyak ikan, vitamin D dan faktor makanan lainnya juga
berperan sebagai penyebab preeklamsiaa.
Obesitas
juga disebut-sebut sebagai penyebab lain preeklamsia. Indeks masa tubuh yang
tinggi berkaitan dengan diabetes, tekanan darah tinggi serta resistensi
insulin, dapat mempengaruhi sistem inflamasi.
C. Tanda Dan Gejala
Adapun tanda
dan gejala yang terjadi pada ibu hamil yang mengalami pre-eklamsi berat yaitu
tekanan darah sistolik >160 mmHg dan diastolik >110 mmHg, terjadi
peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus, trombosit <100.000/mm3,
terkadang disertai oligouria <400ml/24 jam, protein urine >2-3 gr/liter,
ibu hamil mengeluh nyeri epigastrium, skotoma dan gangguan visus lain atau
nyeri frontal yang berat, perdarahan retina dan oedema pulmonum. Terdapat
beberapa penyulit juga yang dapat terjadi, yaitu kerusakan organ-organ tubuh
seperti gagal ginjal, gagal jantung, gangguan fungsi hati, pembekuan darah,
sindrom HELLP, bahkan dapat terjadi kematian pada bayi, ibu dan atau keduanya
bila pre-eklamsi tidak segera ditangani dengan baik dan benar (Ai Yeyeh.R,
2011).
D. Patofisiologis Preeklamsia Berat
Pada pre
eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa
kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh
satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme,
maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema
yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial
belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria
dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
Pada
preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada
sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan
iskemia (Cunniangham,2003).
Wanita
dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap
berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang dapat
menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan
perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit
kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari
nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi
hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume
intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh
perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan
trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005).
Perubahan
pada organ :
1.
Perubahan kardiovaskuler
Gangguan
fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklamsia dan eklampsia.
Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan afterload
jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh
berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara
iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik/kristaloid intravena, dan aktifasi
endotel disertai ekstravasasi kedalam ekstravaskuler terutama paru
(Cunningham,2003).
2.
Metablisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi
yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui penyebabnya. jumlah
air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita preeklamsia dan
eklampsia dari pada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi kronik.
Penderita preeklamsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam
yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan
penyerapan kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein
tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada preeklampsia. Konsentrasi kalium,
natrium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas normal (Trijatmo,2005).
3.
Mata
Dapat
dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu dapat
terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan
salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang
menunjukkan pada preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya
skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adaanya perubahan
peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau didalam retina
(Rustam,1998).
4.
Otak
Pada
penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks
serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan
(Trijatmo,2005).
5.
Uterus
Aliran darah
ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta, sehingga terjadi
gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin.
Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan
kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjad partus prematur.
6.
Paru-paru
Kematian ibu
pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru yang
menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi pnemonia atau abses
paru (Rustam, 1998).
E. Pencegahan Preeklamsia Berat
Pemeriksaan antenatal yang teratur
dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini preeklampsia, dan dalam hal itu
harus dilakukan penanganan semestinya. Kita perlu lebih waspada akan timbulnya
preeklampsia dengan adanya faktor-faktor predisposisi seperti yang telah
diuraikan di atas. Walaupun timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah
sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan
secukupnya dan pelaksanaan pengawasannya yang baik pada wanita hamil.
Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.
Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan
sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.
Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat
badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia
dan segera merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat
antihipertensif, memang merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan
antenatal yang baik.
F. Faktor Resiko
Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiharjo (2005), faktor resiko pre- eklamsia berat adalah :
1.
Riwayat Preeklampsia
2.
Primigravida, karena pada primigravida pembentukan
antibody penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan
resiko terjadinya Preeklampsia
3.
Kegemukan
4.
Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi
pada wanita yang mempunyai bayi kembar atau lebih.
5.
Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi
hipertensi kronik, diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerate seperti
reumatik arthritis atau lupus.
G. Penatalaksanaan
Ditinjau
dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklamsia berat selama
perawatan maka perawatan dibagi menjadi perawatan aktif yaitu kehamilan segera
diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan medicinal dan perawatan
konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medicinal
(AYeyeh.R, 2011). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1.
Perawatan aktif
Pada setiap penderita sedapat
mungkin sebelum perawatan aktif dilakukan pemeriksaan fetal assesment yakni
pemeriksaan nonstrees test (NST) dan ultrasonograft (USG), dengan indikasi
(salah satu atau lebih), yakni :
a)
Pada ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih,
dijumpai tanda-tanda atau gejala impending eklamsia, kegagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan
darah atau setelah 24 jam perawatan edicinal, ada gejala-gejala status quo
(tidak ada perbaikan).
b)
Janin
Hasil fetal assesment jelek (NST dan
USG) yaitu ada tanda intra uterine growth retardation (IUGR)/janin terhambat.
c)
Hasil laboratorium
Adanya HELLP syndrome (haemolisis
dan peningkatan fungsi hepar dan trombositopenia).
2.
Pengobatan medicinal pasien pre-eklamsi berat
(dilakukan dirumah sakit dan atas instruksi dokter), yaitu segera masuk rumah
sakit dengan berbaring miring ke kiri ke satu sisi. Tanda vital diperiksa
setiap 30 menit, reflek patella setiap jam, infus dextrose 5% dimana setiap 1
liter diselingi dangan infus RL (60-125 cc/jam) 500cc, berikan antasida, diet
cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam, pemberian obat anti kejang
(MgSO4), diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru,
payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40
mg/IM.
3.
Antihipertensi diberikan bila tekanan darah sistolis
lebih 180 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan
diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi
plasenta, dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
4.
Bila dibutuhkan penurun darah secepatnya, dapat
diberikan obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres
injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500cc cairan infus atau press
disesuaikan dengan tekanan darah.
5.
Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat
diberikan tablet antihipertensi secara
sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal
pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral (Syakib
Bakri, 1997).
6.
Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada
tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan
celidanid D.
7.
Lain-lain seperti konsul bagian penyakit dalam/jantung
atau mata. Obat-obat antipiretik diberikan bial suhu rectal lebih dari 38,5 0C
dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc
secara IM, antibiotik diberikan atas indikasi saja. Diberikan ampicillin 1 gr/6
jam secara IV perhari. Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena
kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja,
selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.
8.
Pengobatan Obstetrik
Pengobatan obstetri dilakukan dengan
cara terminasi terhadap kehamilan yang belum inpartu, yaitu :
a)
Induksi persalinan: tetesan oksitocyn dengan syarat
nilai bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart monitoring.
b)
Seksio Sesaria (dilakukan oleh dokter ahli kandungan),
bila: fetal assessment jelek. Syarat tetesan oksitocyn tidak dipenuhi (nilai
bishop <5) atau adanya kontraindikasi tetesan oksitocyn; 12 jam setelah
dimulainya tetesan oksitocyn belum masuk fase aktif. Pada primigravida lebih
diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria.
H. Komplikasi
1)
Komplikasi pada ibu
Ø
Atonia uteri
Ø
Sindrom hellp(hemolysis,elevated liver
enzymes,low platelet count)
Ø
Ablasi retina
Ø
Gagal jantung
Ø
Syok dan kematian
2)
Komplikasi pada janin
Ø
Pertumbuhan janin terhambat
Ø
Prematuritas
Ø
Kematian janin
Ø
Solusio plasenta
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pre-eklamsi
berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih (Ai Yeyeh.R, 2011). Sedangkan menurut Rozihan
(2007), Pre-eklampsia berat ialah penyakit dengan
tanda-tanda khas seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), pembengkakan jaringan (edema), dan ditemukannya
protein dalam urin (proteinuria) yang timbul karena kehamilan.
Faktor
pertama adalah genetik, jika ibu atau mertua kita memiliki riwayat
preeklampsia, kita juga berisiko mengalaminya pada satu
kali atau lebih kehamilan, yang kedua adalah adanya kelainan pembuluh darah.
Penyempitan pembuluh darah bisa mengakibatkan suplai darah ke organ-organ vital
seperti ginjal dan hati jadi berkurang.
Preeklamsia
biasanya terjadi pada kehamilan pertama. Penyebab pasti preeklamsia
hingga saat
ini belum diketahui dengan jelas. Diduga karena kondisi plasenta yang tidak
tertanam dengan baik, kekurangan oksigen atau ada gangguan pada pembuluh darah
si ibu.
Komplikasi
yaitu Komplikasi
pada ibu (Atonia uteri, Sindrom hellp (hemolysis,elevated liver enzymes,low
platelet count), Ablasi retina, Gagal jantung, Syok dan kematian, sedangkan
Komplikasi pada janin (Pertumbuhan janin terhambat, Prematuritas, Kematian
janin, Solusio plasenta
B. Saran
Pre-eklamsia berat memiliki beberapa faktor penyebab seperti faktor genetik
namun pelaksanaannya harus diawai dengan baik oleh tenaga kesehatan supaya
dapat ditanggulangi dan tidak terjadi eklamsia yang dapat membahayakan
kesehatan ibu dan janin.






0 komentar:
Posting Komentar